KEKUATAN TEKAD, MENGAPA MUDAH SIRNA?

tekadMenjelang pergantian tahun biasanya kita punya sejenis tekad dan rencana agar tahun ini, hidup kita lebih cerah dan membahagiakan. Banyak target yang akan kita capai di tahun ini, entah omset bisnis musti meningkat 200%, jabatan direktur harus tercapai tahun ini, pindah kerja ke perusahaan lain ataukah harus hafal juz Amma yang sudah dihafal bertahun-tahun tapi hilang lagi-hilang lagi. Ya, kita menyimpan tekad dan motivasi untuk mengubah hidup. Kita mempunyai tekad untuk melakukan ini dan itu. Kita termotivasi untuk mewujudkan ini dan itu. Namun, entah mengapa sejalan dengan berjalannya waktu, motivasi dan tekad bulat itu berubah bentuk, tidak bulat lagi, jadi berkeping-keping lalu menguap entah kemana, tinggal berbuih fatamorgana. Mengapa bisa begitu? Lanjutkan membaca “KEKUATAN TEKAD, MENGAPA MUDAH SIRNA?”

Ramadhan Berlalu, Begitupun Jakarta

Hari-hari sepuluh terakhir Ramadhan tahun ini terasa begitu cepat. Tinggal menyisakan empat hari lagi, lalu mudik. Seolah enggan untuk pulang kampung, namun rindu juga dengan keluarga. Mungkin tahun ini Ramadhan terakhir di Jakarta. Pasca Lebaran sudah mulai merajut perjalanan baru di kota yang terkenal hidangan nasi liwet-bebek bakar, Kartosuro Solo.
Keengganan mudik disamping terbayang kemacetan yang panjang, juga karena beratnya meniggalkan Nurul Iman, masjid yang sudah tiga tahun terakhir ini sebagai pilihan untuk i’tikaf. Tiga tahu merajut kebersamaan dengan ikhwah yang hampir sama dengan tahun sebelumnya, seolah bertemu kembali dengan sahabat yang telah lama berpisah, meskipun kami baru kenal ketika i’tikaf. Bersama bersenda gurau, buka dan sahur bersama, mengarungi malam dengan sholat lail jama’ah menyimak lantunan suara Imam yang membuat air mata berlinang, bahkan terdengar beberapa sesenggukan tangis. Sungguh malam yang sempurna yang selalu membuat rindu ketika Ramadhan menjelang. Saya hanya berharap, Lanjutkan membaca “Ramadhan Berlalu, Begitupun Jakarta”

SECANGKIR COKLAT PANAS

Sekelompok alumni melakukan reuni, dan kemudian memutuskan untuk pergi mengunjungi profesor favorit mereka yang sudah pensiun. Saat berkunjung, pembicaraan mereka berubah menjadi keluhan mengenai stres pada kehidupan dan pekerjaan mereka.

Profesor itu menyajikan coklat panas pada tamu-tamunya. Ia pergi ke dapur dan kembali dengan coklat panas di teko yang besar dan berbagai macam cangkir: porselen, gelas, kristal, dan lain-lain; sebagiannya bagus dan berharga mahal, akan tetapi sebagian lagi bentuknya biasa saja harganya murah. Ia mengatakan kepada mereka untuk mengambil sendiri coklat panas tersebut.

Ketika mereka semua memegang secangkir coklat panas di tangan mereka, profesor yang bijak berkata, “Perhatikan, semua cangkir yang bagus dan mahal telah diambil. Yang tersisa, hanyalah cangkir yang biasa dan murah. Memang, adalah normal bagi kalian untuk menginginkan yang terbaik. Namun, itu adalah sumber dari masalah dan stres kalian.” Lanjutkan membaca “SECANGKIR COKLAT PANAS”

Pop Pengajian

Waktu kecil dulu saya sering diajak nenek kalau ada pengajian di alun-alun kabupaten. Sebulan sekali mungkin, naik truk bak terbuka. Kami biasa menunggu 1 -2 jam sebelum ‘Pak Kyai’ naik mimbar,duduk di gelaran tikar sambil berjemur matahari pagi.
Dulu bapak saya sering terkantuk-kantuk didepan TV hitam putihnya, menunggu acara Mimbar agama Islam di stasiun TV satu-satunya di Indonesia. Baru hilang kantuknya ketika acara mulai dan tertidur kembali di tengah acara karena “khusyuk dan sejuknya” penyampaian sang ustadz.

Sekarang kebutuhan rohani kita gampang terpenuhi. TV banyak menyiarkan pengajian. Masing-masing stasiun punya kemasan sendiri. Penyampaian sang ustadznya juga macam-macam. Pake magic word segala. Bahkan kolaborasi sama penyanyi dan pelawak, meskipun belum ada kolaborasi magician atau pesulap. Yang saya rasakan (mungkin subyektif) ialah nuansa show. Tidak semua tentunya. Tapi banyak ustadz yang tampak ingin pamer kebolehan, terlalu sadar ditonton, terlalu menampilkan gaya dan watak pengajian yang diperuntukkan bagi khalayak di mana seorang ustadz exist. Lanjutkan membaca “Pop Pengajian”

Lezatnya Perjuangan

Tujuan dicapai dengan perjalanan. Cita-cita diraih dengan perjuangan. Pelangi diawali oleh tetesan hujan. Akibat lahir dari rahim sebab. Demikianlah ketentuan Allah yang berlakukan di bumi tempat para hamba-Nya berpijak.

Banyak orang menilai bahwa kenikmatan itu adanya pada saat tercapainya tujuan, sedangkan usaha dan perjuangan menuju tujuan merupakan fase kesulitan dan kesengsaraan. Namun orang-orang terpilih justru menjadikan kenikmatan pada proses perjuangan, dan tercapainya tujuan hanyalah merupakan kelanjutan dari kenikmatan tersebut. Kenikmatan di atas kenikmatan. It’s not the destination it’s the journey, ini bukan tentang tujuan melainkan perjalanan, demikian slogan Harley Davidson.

Dalam sebuah syair hikmah yang dinisbatkan kepada Imam asy-Syāfi’i disebutkan:
سَافِرْ تَجِدْ عِوَضاً عَمَّن تُفَارِقه
           وَانْصَبْ فَإِنَّ لَذِيْذَ الْعَيْشِ فِي النَّصبِ
Pergilah niscaya kau akan dapatkan ganti dari yang kau tinggalkan,
          berjuanglah keras sebab kelezatan hidup itu ada dalam kepayahan.
Lanjutkan membaca “Lezatnya Perjuangan”

Wahai saudaraku…

Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman (yang artinya):

“ Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, maka Allah telah menyediakan bagi mereka pengampunan dan pahala yang besar ”. (QS Al Ahzaab : 35)

Maka berdzikirlah kepada Allah sebanyak – banyaknya wahai saudaraku, agar Allah berikan kita pengampunan dan pahala yang besar.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“ Perumpamaan orang yang berdzikir (ingat) kepada Rabb-nya dengan orang yang tidak berdzikir kepada Rabb-nya laksana orang yang hidup dengan orang yang mati.”
(HR Al-Bukhari no. 6407, Fat-hul Baari XI/208)

Maka berdzikirlah kepada Allah wahai saudaraku, agar jiwa kita tidak mati dan hidup kita mempunyai kekuatan.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda kepada para sahabatnya:

“ Maukah kamu aku tunjukkan perbuatanmu yang terbaik, paling suci di sisi Raja-mu (Allah), paling mengangkat derajatmu, lebih baik bagimu dari pada menginfakkan emas dan perak, lebih baik bagimu daripada kamu bertemu musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?” Para sahabat yang hadir berkata: “Mau (wahai Rasulullah).” Beliau bersabda, “Berdzikir kepada Allah Yang Maha Tinggi.”
(HR. At-Tirmizi no. 3377, Ibnu Majah no. 3790 dan di shahihkan Al-Albani di Shahih At-tirmidzi III/139 no. 2688 dan Shahih Ibnu Majah II/316 no. 3057 dari sahabat Abu Darda)

Maka berdzikirlah kepada Allah wahai saudaraku, karena belum tentu kita bisa berinfak dengan emas dan perak, dan belum tentu kita berkesempatan untuk berperang menghadapi musuh apalagi mati karenanya.

Berdzikirlah kepada Allah dalam keadaan lapang maupun sempit, di waktu pagi maupun petang, di saat diam atau bergerak. Berdzikirlah kepada Allah dalam setiap keadaan, karena sesungguhnya itu adalah sebaik-baik amal perbuatan.

Pelajaran Dari Luqman

Siapakah Luqman, sehingga namanya dijadikan sebagai salah satu nama surat dan penggalan kisah hidupnya diabadikan di dalam Al-Qur’an Al-Karim?

Mayoritas ulama berpendapat bahwa beliau adalah hamba Allah yang saleh tanpa menerima kenabian.
Menurut Ibnu Abbas, Luqman adalah seorang hamba berkebangsaan Habsyi yang berprofesi sebagai tukang kayu. Sementara Jabir bin Abdullah mengidentifikasi Luqman sebagai orang yang bertubuh pendek dan berhidung pesek. Lanjutkan membaca “Pelajaran Dari Luqman”

Hati Yang Sehat

Hati yang sehat yaitu hati yang terjaga dari syirik, sifat dengki, iri, kikir, takabur, cinta dunia dan jabatan. Ia terbebas dari semua penyakit yang akan menjauhkan dari Allah. Ia selamat dari setiap syubhat yang menghadangnya. Ia terhindar dari intaian syahwat yang menentang jati dirinya. dan ia terbebas dari segala keinginan yang akan menyesaki tujuannya. Ia terbebas dari segala penghambat yang akan menghalanginya dari jalan Allah. Demikian inilah hati yang sehat di surga dunia dan di surga alam kubur, serta surga di hari kiamat.

Keselamatannya tidak akan terwujud, kecuali dengan terjaga dari lima perkara. (Yaitu) dari syirik yang bertentangan dengan tauhid, dari bid’ah yang berhadapan dengan sunnah, dari syahwat yang menghambat urusannya, dan dari ghaflah (kelalaian) yang menghilangkan dzikir kepada Allah, dari hawa nafsu yang akan menghalangi ikhlas.

Lima hal ini, menjadi penutup jalan menuju Allah. Masing-masing perkara tersebut mempunyai banyak pengaruh yang tidak berbilang.

( Ibnul Qoyyim Al Jauziyah, Al Jawabul Kafi 1/176)

Tingkatan ‘Ilmu

Pengetahuan, menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullahu Ta’ala, dalam kitabnya Syarhu Ushul Ats Tsalatsah, memiliki enam tingkatan.
Pertama: Al-Ilmu, yaitu pengetahuan secara pasti terhadap sesuatu sesuai dengan hakekatnya.
Kedua: Al-Jahlul Basith, yaitu tidak diketahuinya sesuatu secara keseluruhan.
Ketiga: Al-Jahlul Murakkab, yaitu pengetahuan terhadap sesuatu perkara yang berlawanan dengan hakekat sebenarnya dari sesuatu itu. Lanjutkan membaca “Tingkatan ‘Ilmu”

Bahagia

Dalam pertemuan santai di kantor, sang MC melempar pertanyaan: Apa bahagia menurut anda?
Para hadirin spontan menanggapi. Macam-macam pendapatnya. Ada yang bilang: “kalau semua keinginan kita terpenuhi.” Yang lain menyahut: “Kalo saya banyak uang.” Lainnya: “Punya keluarga yang harmonis.” Lainnya lagi: “Punya wajah ganteng.” Walhasil tiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda. Lanjutkan membaca “Bahagia”